Paguyubanadalah bentuk kehidupan bersama, yang anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal. Dasar hubungan Rukun Tetangga merupakan kelompok sosial yang bersifat paguyuban berdasarkan tempat tinggal. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka jawaban yang tepat adalah D
Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, paguyuban didefinisikan sebagai perkumpulan yang bersifat kekeluargaan, didirikan oleh orang-orang yang sepaham (sedarah) untuk membina persatuan (kerukunan) di antara para anggotanya. Senada, Ferdinand Tonnies mengemukakan bahwa paguyuban merupakan kelompok sosial yang anggotanya memiliki
Contoh keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga. Gesellschaft → merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran, waktu terbatas, bersifat pamrih ekonomis. Contoh: ikatan natra pedagang, organisasi dalam suatu pabrik atau industri.
Kelompoksosial merupakan sekumpulan individu yang mempunyai kesadaran yang sama tentang interaksi yang terjadi. Macam-macam dari kelompok sosial, sebagai berikut: -Kemasyarakatan yaitu kelompok sosial yang mempunyai persamaan akank tetapi tidak memeiliki hubungan organisasi dan sosial.
batinyang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. -Contoh: keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga. -Gesellschaft → merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran, waktu terbatas, bersifat pamrih ekonomis. -Contoh: ikatan natra pedagang, organisasi
lirik maula ya sholli wasallim daiman abada. Kelompok sosial Pengertian Kelompok Sosial Kelompok sosial merupakan sekumpulan atau sekelompok individu yang ada di masyarakat dan memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi satu sama lain, serta biasanya memiliki suatu kesukaan yang sama, seperti hobbi, pekerjaan, aktivitas, fans dsb. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat yang saling bekerjasama dan memiliki hubungan yang timbal balik. Berikut ini adalah pengertian kelompok sosial menurut para ahli. Menurut Soerjono Soekanto Pengertian dari Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan kesatuan manusia yang hidup bersama karena saling berhubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi. Menurut Paul B. Horton dan Chester L Hunt Istilah kelompok sosial diartikan sebagai kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotannya dan saling berinteraksi. Menurut George Homans Kelompok adalah kumpulan individu yang melakukan kegiatan, interaksi, dan memiliki perasaan untuk membentuk suatu keseluruhan yang terorganisasi dan berhubungan timbal balik. Kriteria-kriteria kelompok sosial menurut Soerjono Soekanto Setiap anggota kelompok sadar bahwa dia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, misalnya nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku. Bersistem dan berproses. Ciri-Ciri Utama Kelompok Sosial Terdapat dorongan atau motif yang sama pada individu-individu yang menyebabakan terjadinya interaksi. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu-individu. Pembentukan dan penegasan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri atas peranan-peranan dan kedudukan hierarkis yang lambat laun berkembang dengan sendirinya. Terjadinya penegasan dan pengaruh norma-norma pedomanyang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelopok dalam merealisasikan tujuan kelompok. Dasar-dasar Pembentukan Kelompok Sosial. Kepentingan yang sama Common Interest. Darah dan Keturunan yang sama.Common Ancestry Daerah yang sama Ciri-ciri badaniah yang sama. Klasifikasi kelompok sosial berdasarkan erat longgarnya ikatan antar anggota Paguyuban gemeinschaft Paguyuban kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Ciri-ciri kelompok paguyuban terdapat ikatan batin yang kuat antaranggota dan hubungan antar anggota bersifat informal Tipe paguyuban Paguyuban karena ikatan darah gemeinschaft by blood Contoh keluarga, kelompok kekerabatan. Kelompok genealogis kelompok yang terbentuk berdasarkan hubungan sedarah. Kelompok genealogis memiliki tingkat solidaritas yang tinggi karena adanya keyakinan tentang kesamaan nenek moyang. Paguyuban karena tempat gemeinschaft of place Contoh Rukun Tetangga, Rukun Warga. Komunitas kelompok sosial yang terbentuk berdasarkan lokalitas. Contoh Beberapa keluarga yang berdekatan membentuk Rukun Tetangga. Selanjutnya sejumlah Rukun Tetangga membentuk RW Rukun Warga Paguyuban karena ideologi gemeinschaft of mind Contoh partai politik berdasarkan agama Patembayan gesselschaft Patembayan kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan lahir yang pokok untuk jangka waktu yang pendek. Ciri-ciri kelompok patembayan hubungan antaranggota bersifat formal memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal memperhitungkan nilai guna utilitarian lebih didasarkan pada kenyataan sosial Contoh patembayan ikatan antara pedagang, organiasi dalam suatu pabrik atau industri. Jenis-Jenis Kelompok Sosial dan Peranannya Kelompok Primer Kelompok primer face to face group yaitu kelompok yang anggota-anggotanya sering berhadapan muka dan saling mengenal dari dekat dan karena itu hubungannya lebih erat. Peranan kelompok primer dalam kehidupan individu besar sekali karena di dalam kelompok primer, manusia pertama-tama berkembang dan dididik sebagai mahluk sosial. Kelompok Sekunder Interaksi dalam kelompok sekunder terdiri atas saling hubungan yang tidak langsug, jauh dari formal, dan kurang bersifat kekeluargaan hubungan-hubungan kelompok skunder biasanya lebih bersifat objektif. Peranan atau fungsi kelompok sekunder dalam kehidupan manusia adalah untuk mencapai tujuan tertentu dalam masyarakat dengan bersama, secara objektif dan rasional. Kelompok Formal dan Kelompok Informal Inti perbedaannya adalah bahwa kelompok informal tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh peraturan-peraturan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga tertulis seperti pada kelopok formal. Ciri-ciri interaksi kelompok tidak resmi lebih mirip dengan cirri-ciri kelompok primer dan bersifat kekeluagaan dengan corak simpati. Sedangkan ciri-ciri kelompok resmi lebih mirip dengan ciri-ciri interaksi kelompok sekunder, bercorak pertimbangan-pertimbangan rasional objektif. DAFTAR PUSTAKA Hendropuspito. 1989. Sosiologi Sistematik. Kanisius Yogyakara. Maryati, Kun,dkk, Sosiologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta Erlangga Tim Sosiologi, Sosiologi 2. Yudistira Jakarta. Soedjono. 1977. Pokok-pokok Sosiologi sebagai Penunjang Hukum. Alumni Offset. Bandung. Navigasi Tulisan
Rukun Tetangga RT merupakan sebuah institusi yang inklusif. Penubuhannya adalah untuk memupuk perpaduan dalam kalangan masyarakat Malaysia yang terpisah dari pelbagai aspek kehidupan seperti latar belakang sejarah, bahasa, budaya dan agama. RT adalah organisasi penting yang menyatukan aktiviti komuniti dan memberi peluang kepada kebersamaan masyarakat. Artikel ini menjelaskan sejarah penubuhan dan fungsi RT. Kaedah kajian melibatkan kajian terhadap fungsi RT. Fungsi Rukun Tetangga meliputi melawat jiran, menghulurkan bantuan, mengenali jiran dan aktiviti bersama. Setiap fungsi ini akan dikaitkan dengan apa yang telah dijelaskan dalam Al Quran. Kajian mendapati RT amat bertepatan dengan ayat-ayat Al Quran. Sehubungan dengan itu RT amat penting kerana mampu menjadi platform perpaduan dalam masyarakat melalui aktiviti yang dapat memupuk kesepaduan sosial. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Tinta Artikulasi Membina Ummah 61, 2020 99-111, e-ISSN 2289-960XPENUBUHAN RUKUN TETANGGA RT DI MALAYSIA DARIPADA PERSPEKTIF ISLAM Mohd Syariefudin Abdullah, Mazdi Marzuki*, Mohamad Marzuqi Abdul Rahim, Muhammad Akramin Kamarul Zaman & Khairul Ghufran Kaspin Fakulti Sains Kemanusiaan, Universiti Pendidikan Sultan Idris mazdi ABSTRACT Neighbourhood Committee is an inclusive institution. Its establishment is in purpose to cultivate solidarity, among Malaysian society which in reality are separate from all aspects of life such as background history, language, culture and belief. Neighbourhood is an important organisation that unifying activities of community and offer a chance to the community togetherness. This article explain the Neighbourhood Committee history of establishment and its functions'. Research methodology involves a research on the function of Neighbourhood Committee. Its function include visiting neighbours, extending assistance, getting acquainted with neighbours and social activities. Each of these functions will be associated with what is described in the Quran. This study found that the Neigbourhood Committee is very consistent with Quranic verses. Therefore, Neighbourhood Committee is very important as it can serve as a platform for social cohesion through activities that foster social cohesion. Keywords rational, establishment, Neighbourhood Committee, togetherness, Islamic perspective. ABSTRAK Rukun Tetangga RT merupakan sebuah institusi yang inklusif. Penubuhannya adalah untuk memupuk perpaduan dalam kalangan masyarakat Malaysia yang terpisah dari pelbagai aspek kehidupan seperti latar belakang sejarah, bahasa, budaya dan agama. RT adalah organisasi penting yang menyatukan aktiviti komuniti dan memberi peluang kepada kebersamaan masyarakat. Artikel ini menjelaskan sejarah penubuhan dan fungsi RT. Kaedah kajian melibatkan kajian terhadap fungsi RT. Fungsi Rukun Tetangga meliputi melawat jiran, menghulurkan bantuan, mengenali jiran dan aktiviti bersama. Setiap fungsi ini akan dikaitkan dengan apa yang telah dijelaskan dalam Al Quran. Kajian mendapati RT amat bertepatan dengan ayat-ayat Al Quran. Sehubungan dengan itu RT amat penting kerana mampu menjadi platform perpaduan dalam masyarakat melalui aktiviti yang dapat memupuk kesepaduan sosial. Kata kunci rasional, penubuhan, Rukun Tetangga, kebersamaan, perspektif Islam PENGENALAN Perpaduan merupakan perkara yang penting untuk memastikan kelangsungan kewujudan negara ini. Bak kata perpatah bersatu kita teguh bercerai kita roboh. Firman Allah SWT Bermaksud “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah ugama Islam, dan janganlah kamu bercerai-berai...” [Ali-Imran 103] Bagi memastikan dan menguruskan perpaduan dalam kalangan masyarakat antara pilihan yang boleh dibuat adalah Rukun Tetangga RT. RT adalah sebuah institusi yang inklusif. Penubuhannya adalah untuk memupuk perpaduan dalam kalangan masyarakat Malaysia yang Penubuhan Rukun Tetangga RT di Malaysia daripada Perspektif Islam terpisah dari pelbagai aspek kehidupan seperti latar belakang sejarah, bahasa, budaya dan agama. Menurut Shamsul 2012 perpaduan di Malaysia tidak pernah tercapai dan negara bangsa di Malaysia yang sebenarnya tidak pernah terbina. Kita berjaya membina sebuah negara tetapi bukannya sebuah negara bangsa. Oleh yang demikian, perpaduan adalah perkara yang amat penting. Dalam konteks Malaysia, perpaduan yang sebenar masih jauh. Kita hanya mampu mencapai kesepaduan sosial dan bukannya perpaduan yang sebenar. Antara usaha kerajaan yang utama dalam mewujudkan perpaduan ialah menubuhkan Jabatan Perpaduan dan Integrasi Negara JPNIN yang ditempatkan di bawah Pejabat Perdana Menteri JPM. JPNIN ditubuhkan untuk melaksanakan pelbagai dasar dalam komuniti kejiranan. Program terbesar yang dilaksanakan di bawah program JPNIN ialah RT. Menurut data JPNIN 2019 terdapat lebih 8,000 RT yang ditubuhkan di Malaysia. RT adalah organisasi penting yang menyatukan aktiviti komuniti dan memberi peluang kepada kebersamaan masyarakat. Kebersamaan dalam ertikata saling bantu membantu dalam perkara kebaikan adalah anjuran Islam sebagaimana Firman Allah SWT Bermaksud “.Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan bertaqwa, dan janganlah kamu bertolong-tolongan pada melakukan dosa maksiat dan pencerobohan. Dan bertaqwalah kepada Allah, kerana sesungguhnya Allah Maha Berat azab seksaNya bagi sesiapa yang melanggar perintahNya” [Al-Maidah 2] Teknik sedia ada untuk menganjurkan aktiviti dan program komuniti di bawah program RT sebenarnya adalah proses ke arah kesepaduan sosial. Oleh itu, kesepaduan sosial diterapkan secara tidak langsung dalam program komuniti melalui RT. SEJARAH RUKUN TETANGGA DI MALAYSIA Latar sejarah menunjukkan konsep Rukun Tetangga dalam masyarakat dimulakan pada tahun 1975. Pada 29 Ogos 1975, buat pertama kalinya Rukun Tetangga telah ditubuhkan dengan nama awal adalah Skim Rukun Tetangga SRT dan dilancarkan oleh perdana menteri pada masa itu, Tun Abdul Razak. Pada masa itu, skim ini diletakkan di bawah "Peraturan Penting", yang telah digubal di bawah Ordinan Darurat Kuasa Perlu 1969 Ordinan 1 Rashid 2004. Pada masa yang sama ia dikuatkuasakan di Semenanjung Malaysia. Kawasan yang menjadi perintis skim ini ialah Kampung Kasipillay di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur. Kemudian, skim itu terus berkembang di Sabah dan dilancarkan pada 31 Ogos 1985 dan kemudian dilancarkan semula di Sarawak pada 1 Februari 1988. Pada masa itu, keadaan negara masih tidak stabil daripada ancaman komunis. Selain daripada peranan yang dimainkan oleh pasukan keselamatan, masyarakat setempat juga telah diberi tanggungjawab menjaga keselamatan dan memupuk perpaduan etnik melalui skim itu. Apabila keadaan menjadi lebih baik pada tahun 1980-an, konsep Skim Rukun Tetangga dikaji semula dan perubahan dibuat kepada Peraturan-Peraturan Perlu Rukun Tetangga 1975. Skim Rukun Tetangga dikeluarkan dari segi tumpuan, konsep keselamatan kepada konsep kejiranan bermula pada tahun 1983. Ini kerana sejak dari tahun 1970 hingga 1990, proses urbanisasi mengalami kesan perubahan pesat pemodenan. Akibatnya, penduduk di kawasan bandar meningkat dengan ketara, yang terdiri daripada pelbagai etnik, kegiatan dan gaya hidup. Senario ini membawa fenomena baru dalam konteks pembangunan kejiranan dan masyarakat Mohd Taib 2009. Perubahan itu sesuai dengan situasi di negara pada waktu itu yang berjaya menyekat ancaman komunis dan akhirnya anggota komunis menyerah diri. Bermula pada tahun 2001, Tinta Artikulasi Membina Ummah 61, 2020 99-111, e-ISSN 2289-960Xtumpuan RT adalah untuk membina komuniti secara keseluruhan. Oleh itu, aktiviti yang dibangunkan adalah meliputi pelbagai kaedah, termasuk "pembelajaran sepanjang hayat" dan memperkasakan komuniti untuk meningkatkan kapasiti masyarakat untuk perubahan dan gaya hidup sosial Ruslan 2007. Program ini diselaraskan oleh JPNIN. Daripada segi matlamat RT, perkara yang menjadi fokus adalah untuk memelihara, mempromosikan dan memperkukuhkan perpaduan negara dan integrasi nasional, selaras dengan dasar pembangunan negara berdasarkan Perlembagaan Persekutuan dan Rukun Negara Shamsul 2008. Konsep yang ditekankan dalam RT ialah 1. Membangun komuniti dengan menggalakkan penyertaan dan tanggungjawab setiap RT dalam pembangunan komuniti. 2. Menjadi jambatan antara pemimpin dan orang awam di mana RT menjadi platform untuk kedua-dua belah pihak melalui aktiviti sosial. 3. Meningkatkan keupayaan masyarakat untuk menghadapi cabaran-cabaran sosial, gaya hidup dan sistem keluarga. 4. Meningkatkan kualiti hidup melalui perkhidmatan sosial, terutama kumpulan berpendapatan rendah, orang kurang upaya dan memudahkan kumpulan khas. 5. Menggalakkan penyertaan aktif di kalangan anggota untuk membasmi kemiskinan - 'Satu Sektor KRT Satu Produk'. 6. Menggalakkan penyertaan di kalangan profesional, kumpulan berpendidikan, korporat, pesara dan penjawat awam yang berminat untuk memimpin RT. 7. Menggalakkan integrasi etnik dan nasional. Alias 2005 Menurut JPNIN, aktiviti ini bertujuan untuk membolehkan masyarakat tempatan mengetahui, membantu dan saling menyokong jika berhadapan sebarang masalah, berinteraksi dan mengeratkan hubungan antara pemimpin akar umbi dan rakyat dan juga antara etnik, adat dan budaya yang berbeza Hal ini selaras dengan anjuran Islam di dalam Al-Quran. Bermaksud “Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan dan beramah mesra antara satu dengan yang lain. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwanya di antara kamu, bukan yang lebih keturunan atau bangsanya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam PengetahuanNya akan keadaan dan amalan kamu” [Al-Hujurat 13] Penubuhan Jiran Tetangga sangat digalakkan, terutamanya di kawasan kediaman bandar, pinggir bandar dan kawasan berisiko tinggi. Peranan utama RT juga adalah untuk berfungsi dalam mencegah jenayah melalui Skim Rondaan Sukarela SRS yang membuat rondaan pada malam hari untuk mengurangkan kegiatan jenayah di kawasan sekitar. Biasanya, rondaan ini disertai oleh ahli kumpulan rondaan yang dikendalikan oleh ahli komuniti di kawasan kejiranan. Di samping itu, setiap unit RT digalakkan untuk menganjurkan sebanyak mungkin aktiviti komuniti, amal dan pendidikan serta program untuk meningkatkan perpaduan negara dan integrasi antara etnik di Malaysia. Oleh itu, RT adalah program sukarela yang direka untuk membantu dalam pembangunan komuniti. Suatu Akta telah digubal di Parlimen dan mula berkuatkuasa pada 22 Jun 2012 yang dipanggil Akta Rukun Tetangga pada tahun 2012, termasuk akta berkaitan dengan Akta Rukun Tetangga adalah Skim Rondaan Sukarela Penubuhan Rukun Tetangga RT di Malaysia daripada Perspektif Islam Merujuk buku Pengurusan Kejiranan pada tahun 2013, bermula dari 2010 RT telah menjalani klausa transformasi sejajar dengan program transformasi kerajaan berdasarkan lima teras model Transformasi Rukun Tetangga yang dilaksanakan. Lima teras model termasuklah aspek perpaduan, ekonomi, keselamatan, pendidikan dan kualiti hidup Rajah 1. Jika komuniti boleh melaksanakan lima model transformasi teras, komuniti bukan sahaja selamat, tetapi juga dapat membina ekonomi komuniti yang lebih kuat. Justeru, pelaksanaan mana-mana program dan aktiviti di Malaysia adalah berdasarkan lima teras yang dirancang pada Model Transformasi Jiran Tetangga. Lima teras yang dirancang tersebut adalah rangka kerja yang telah dikenalpasti dapat mencapai matlamat kebangsaan untuk masyarakat berbilang etnik yang hidup dalam har-moni dan damai Buku Pengurusan Rukun Tetangga, 2013 Rajah 1. Rajah 1 Model Transformasi Rukun Tetangga Sumber Buku Pengurusan Rukun Tetangga 2013 Dari segi jumlah keahlian, menurut Mohd. Taib 2009, kawasan unit RT yang ideal adalah sekitar 2,000 atau 80 buah rumah. Walau bagaimanapun, saiz penduduk tidak boleh melebihi 6,000 penduduk untuk membolehkan hubungan rapat dan mengenali antara satu sama lain Mohd Taib, 2009. Rashid 2004 pula menerangkan bahawa konsep RT boleh dikategorikan sebagai Konsep Millenium Baru RT 21. Jiran Tetangga yang memenuhi keperluan masyarakat untuk menghadapi alaf baru yang mana ia berubah dari konsep 'kawalan keselamatan' 1975, 'semangat kejiranan' 1983, “'pembangunan komuniti' 2001 dan konsep “mengekalkan kesepaduan sosial dan keharmonian komuniti” 2012. Oleh itu, perubahan yang dialami oleh RT adalah bersesuaian dengan keperluan semasa. Perubahan ini penting untuk menghadapi perubahan sosial dan ekonomi. Ini akan membolehkan peranan dan fungsi RT terus relevan dari semasa ke semasa dan menjadikan RT sebagai sebuah badan yang dihormati dan mempunyai imej yang tinggi di kalangan masyarakat setempat sebagai titik rujukan dan untuk menguruskan perpaduan setiap kawasan. Memetik kajian di luar negara mengenai konsep RT berkaitan millenium baharu, kajian di kawasan bandar bersaiz sederhana di sempadan negara Belanda-Jerman mendapati bahawa penduduknya cenderung untuk menyertai atau menubuhkan kumpulan WhatsApp bagi mengawasi kawasan kejiranan mereka daripada berlakunya insiden seperti jenayah Schreurs et al. 2020. Hal ini dapat dilihat bahawa seiring dengan perkembangan teknologi, konsep RT Tinta Artikulasi Membina Ummah 61, 2020 99-111, e-ISSN 2289-960Xjuga maju setapak dalam usaha bertindak membasmi jenayah di kawasan kejiranan. Di Malaysia, kumpulan WhatsApp dalam kalangan penduduk taman perumahan secara tidak langsung menjadi penghubung kepada konsep RT di alam maya. Seperti kes yang berlaku di Taman Keramat AU2, Kuala Lumpur kawasan kejiranan membentuk sebuah kumpulan WhatsApp Keselamatan AU2’ dan berjaya membantu pihak polis menangani masalah pecah rumah di kawasan kejiranan tersebut Harian Metro 2017. Di era pemerintahan Perdana Menteri yang ke-6, Datuk Seri Najib Tun Razak, beliau memperkenalkan konsep Satu Malaysia sebagai objektif baru dengan slogan "Rakyat Didahulukan, Pencapaian Diutamakan". Menurut Dato' Seri Najib, konsep Satu Malaysia membawa seperti berikut "Kami berdiri, kami berfikir dan bertindak sebagai rakyat Malaysia. Satu Rakyat dan kami mengambil tindakan berdasarkan keperluan semua kumpulan etnik di negara kita; Ini tidak bermakna kita mengetepikan tindakan afirmatif, dasar-dasar untuk membantu orang asli selagi dasar dilaksanakan dengan adil dan memberi pertimbangan sewajarnya kepada Bumiputera berhak untuk mempertimbangkan kerajaan. Kami keluar dari tindakan bersifat etnik yang diamalkan untuk masa yang lama ". Oleh itu idea Satu Malaysia bersama-sama dengan Program Transformasi Kerajaan GTP telah meletakkan RT sebagai entiti yang relevan dan penting dalam masyarakat. Ini kerana, menurut Panduan Pengurusan Rukun Tetangga, apa yang telah dilakukan di kawasan RT adalah sejajar dengan konsep Satu Malaysia dalam konteks perpaduan yang menekankan keterangkuman dan kesederhanaan. Di samping itu, RT juga mempunyai program lain yang tidak menumpukan kepada perpaduan semata-mata, malahan aspek keselamatan masyarakat juga diberikan melalui keanggotaan melalui Skim Rondaan Sukarela SRS yang digerakkan bersama di bawah RT. Peluang ini diberikan berdasarkan kemajuan di mana pemansuhan Akta Keselamatan Dalam Negeri ISA dan Ordinan Darurat EO, justeru Akta Tempat Kejiranan 2012 telah digubal dan dikuatkuasakan sejak 22 Jun 2012. Melalui peranan JPNIN dan Kawan RT KRT, SRS telah memainkan peranan penting di mana peluang dan kuasa diberikan kepada merealisasikan penubuhan RT dan Penasihat untuk RT Buku Panduan Pengurusan Rukun Tetangga 2013. Oleh itu, peranan KRT diperbesarkan dan pada masa yang sama membantu polis. Melalui kempen penyatuan nasional berasaskan gagasan 1Malaysia juga telah meletakkan semangat kejiranan sebagai sebuah muafakat antara penduduk yang harus disemai. Jika terdapat kenduri, aktivti seperti gotong-royong, memasak, melakukan persiapan dan mengemas adalah antara aktiviti yang harus diteruskan untuk menyemai semangat berkerjasama dalam kalangan penduduk kejiranan Najib 2016. Sejak Januari 2009 hingga Oktober 2012, bilangan KRT berdaftar telah meningkat daripada 3995 kepada 6031, peningkatan sebanyak 51 peratus. Pendaftaran untuk SRS telah meningkat dari 1284 kepada 3384 untuk tempoh yang sama, yang meningkat sekitar 2100 atau 164 peratus yang merupakan peningkatan besar. Dari segi kegiatan, sehingga Oktober 2012, lebih daripada 190,000 bentuk aktiviti dijalankan dengan kehadiran hampir 6 juta orang dari pelbagai kumpulan etnik, umur dan budaya. Hasil ini merupakan kesan langsung daripada pengukuhan SRS melalui pengiktirafan dan promosi. Perlaksanaannya adalah sebagai salah satu inisiatif pelaksanaan Utama Bidang Keberhasilan Utama Negara NKRA yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan dan mencegah jenayah dengan wujudnya kerjasama antara pihak polis dan RELA. Kesannya wujudnya peningkatan drastik melalui pertambahan jumlah KRT dan SRS. Penubuhan Rukun Tetangga RT di Malaysia daripada Perspektif Islam FUNGSI DAN TUGAS JAWATANKUASA RUKUN TETANGGA RT Jawatankuasa RT mempunyai komponen sebagai kelab atau persatuan. Walau bagaimanapun, komponen dalam organisasi RT disesuaikan dengan masyarakat setempat dan keperluan kerajaan. Di bawah Seksyen 8 Akta Pengawasan Kejiranan 2012 telah menggariskan fungsi dan tugas Jawatankuasa Pengawasan Kejiranan seperti berikut a. Menjalankan sebarang aktiviti untuk meningkatkan dan mengukuhkan semangat kejiranan, perpaduan, muhibah, keharmonian, keselesaan, keamanan, kerjasama, keselamatan, kebajikan, kesihatan, kesejahteraan ekonomi dan kualiti hidup di kalangan anggota masyarakat. b. Mengumpul maklumat, memantau dan menyiasat semua isu yang berkaitan dengan konflik dalam komuniti dan selepas itu menyampaikan maklumat, pemerhatian dan penyiasatan kepada pengarah. c. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan atau dikehendaki untuk membolehkan penduduk melindungi diri mereka daripada apa-apa aktiviti jenayah atau bencana. d. Memberi pengantara dalam masyarakat untuk tujuan konsiliasi atau menyelesaikan sebarang pertikaian atau perselisihan di kalangan anggota masyarakat. e. Untuk menjalankan apa-apa fungsi atau tugas lain sebagaimana yang diarahkan oleh Ketua Pengarah dari semasa ke semasa. Buku Panduan Pengurusan Rukun Tetangga, 2013 25 Oleh itu, fungsi dan tugas RT sangat berkait rapat dengan menjaga masyarakat secara aman dan harmoni. Tetapi, bukan sahaja dalam aspek ini, ia juga berkait dengan perkembangan masyarakat dan negara. Justeru, penubuhan Jawatankuasa Pengawasan Kejiranan terdiri daripada pengerusi, timbalan pengerusi, setiausaha, bendahari dan mempunyai dua komponen penting dalam RT yang mana ia merupakan lima teras dalam komuniti dan kumpulan komuniti. Lima teras RT termasuklah Perpaduan, Keselamatan, Kualiti Hidup, Ekonomi dan Pendidikan. Kumpulan komuniti, termasuk masyarakat di kawasan RT terdiri daripada Jiran Muda, Jiran Wanita, Tunas Jiran dan Jiran Warga Emas. RT telah melaksanakan lima konsep teras menerusi pelbagai program dan aktiviti untuk memupuk perpaduan dalam kalangan kumpulan berbilang etnik. Walau bagaimanapun, perpaduan tulen masih jauh untuk dicapai. Namun, adalah agak baik apabila kumpulan berbilang etnik dalam kalangan ahli komuniti kejiranan boleh bersama-sama dalam aktiviti tersebut dan secara tidak langsung menanamkan nilai-nilai kesepaduan sosial. Salah satu acara paling popular yang diadakan secara kerap adalah program keselamatan yang dilaksanakan melalui Skim Rondaan Sukarela SRS. Sehingga Oktober 2012, jumlah keseluruhan pendaftaran SRS mencapai 3,384 unit. Setiap unit SRS menyumbang kepada keamanan dan keselamatan bagi penduduk yang mendiami kawasan kejiranan. Di samping itu, dari segi aspek ekonomi di kawasan RT telah menunjukkan pelbagai aktiviti ekonomi telah dijalankan dan antara aktiviti yang dianggap berjaya antaranya mengusahakan tanaman hidroponik, menternak ikan air tawar dan program pembuatan sos. Firman Allah SWT Bermaksud “Sesungguhnya amal usaha kamu adalah berbagai-bagai keadaannya” [Al-Lail 4] Dalam situasi ini bagi meningkatkan ekonomi di kawasan kediaman, masyarakat memerlukan inovasi dan kreativiti untuk meningkatkan aktiviti ekonomi terutamanya dalam meningkatkan pendapatan masing-masing. Tinta Artikulasi Membina Ummah 61, 2020 99-111, e-ISSN 2289-960XMenurut Azahan et al. 2008, kemajuan yang baik dalam ekonomi akan menyumbang kepada kualiti hidup yang dapat dilihat dari dua aspek utama, iaitu struktur dan persepsi masyarakat terhadap alam sekitar. Oleh itu, kualiti hidup dalam kalangan ahli RT dapat dilihat secara keseluruhan yang menyentuh unsur-unsur kehidupan yang selesa, keselamatan kediaman dan keadaan semasa dalam aspek ekonomi. Menurut kajian Nooriah 2019, faktor kualiti persekitaran perumahan sebenarnya lebih banyak menyumbang kepada suasana yang tidak menyenangkan atau tekanan perumahan. Suasana persekitaran dalam kejiranan boleh menyumbang kepada kualiti hidup dalam kalangan ahli RT. Antara suasana kejiranan yang boleh menyumbang kepada tekanan perumahan termasuklah kesesakan penduduk, kekurangan ruang parkir, masalah kebersihan dan pencemaran, tahap keselesaan dan keselamatan. Untuk meningkatkan pendidikan di kalangan ahli komuniti, RT telah menjalankan pelbagai program seperti bengkel dan kursus serta dijalankan juga program khas untuk kanak-kanak pra-sekolah pada usia 4-6 tahun melalui Tadika Perpaduan. BENTUK AKTIVITI RUKUN TETANGGA BAGI MENGGALAK PERPADUAN PENILAIAN DARIPADA PERSPEKTIF ISLAM Menurut Sanusi 1985, semangat kejiranan sebenarnya wujud, tetapi dalam keadaan tersembunyi. Ini dapat dilihat dari pelbagai aspek seperti kewujudan hubungan baik di kalangan jiran, tidak ada prasangka antara satu sama lain dan ketersediaan untuk membantu jiran-jiran semasa kecemasan. Tahap interaksi sosial yang rendah di kalangan jiran adalah disebabkan oleh mengutamakan urusan peribadi dan perasaan untuk tidak mengganggu jiran-jiran. Dalam kajian Marzudi et al. 2019 mengenai tahap kepercayaan antara etnik dalam kalangan penghuni rumah jenis pangsapuri di Kuala Lumpur, mendapati bahawa tahap kepercayaan antara etnik adalah berada di tahap yang rendah. Majoriti responden bersikap saling curiga terhadap etnik lain. Tahap kepercayaan terhadap etnik yang berbeza ini telah mempengaruhi tahap interaksi sosial antara etnik dalam komuniti. Tahap kepercayaan yang rendah antara etnik akan menjejaskan hubungan dan jarak sosial dalam sesebuah komuniti. Terdapat beberapa aspek penting yang digunakan dalam mengukur hubungan semasa antara jiran dalam kalangan masyarakat dan antara ahli-ahli di kawasan kejiranan, terutama dalam mempromosikan kesepaduan sosial. Lawati Jiran Jiran yang saling melawat satu sama lain adalah sifat yang baik untuk memupuk perpaduan antara etnik. Walau bagaimanapun, di Malaysia, amalan itu kurang diamalkan di kawasan kediaman, terutamanya di kawasan kediaman kumpulan etnik yang berlainan. Jiran di dalam Islam mencakupi kepada semua orang Muslim dan orang bukan Islam, orang taat beribadah dan orang fasik, teman atau musuh, orang asing dan pribumi, orang baik dan orang jahat, saudara dan bukan saudara, yang paling berdekatan rumahnya dan yang berjauhan. Sama ada yang tinggal di atas, bawah, kiri, kanan, depan dan belakang yang mencapai 40 buah rumah Ibnu Hajar Al-Asqalani, 2010, Imam Al-Ghazali, 2009. Menurut Mohamad 1985, kekerapan melawat jiran sebelah adalah sangat rendah dan terhad, ia hanya terjadi apabila perhimpunan diadakan, semasa keadaan kecemasan atau jika ada urusan yang penting sahaja. Menurutnya, keadaan di Malaysia sangat jelas apabila jiran yang tinggal berhampiran terdiri daripada kumpulan etnik yang berbeza. Hubungan sosial mungkin Penubuhan Rukun Tetangga RT di Malaysia daripada Perspektif Islam tidak terlalu rapat atau padu di kawasan kediaman mereka tetapi hubungan sosial mereka lebih baik dengan penghuni di kawasan kediaman lain. Ini kerana mereka mungkin mempunyai hubungan lama seperti kawan, saudara mara dan sebagainya. Firman Allah SWT Bermaksud “Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia dengan sesuatu apa jua; dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapa, dan kaum kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan jiran tetangga yang dekat, dan jiran tetangga yang jauh, dan rakan sejawat, dan orang musafir yang terlantar, dan juga hamba yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang sombong takbur dan membangga-banggakan diri;» [An-Nisaa 36] Alauddin dan Ooi 2016 mendapati hubungan sosial kejiranan merupakan elemen penting yang mempengaruhi kesejahteraan sosial kehidupan. Menggunakan masa untuk melawat jiran akan menguatkan dan memulihkan semangat kejiranan. Dengan melakukan amalan ini, kita akan lebih mengenali dan lebih dekat dengan jiran. Amalan ini akan mencipta peluang untuk bercakap lebih panjang dengan persekitaran rumah yang lebih aman yang sesuai untuk seseorang untuk lebih mengenali, memahami dan menghayati pengalaman jiran. Walau bagaimanapun, perlu diketahui bagaimana untuk memilih masa yang tepat untuk melawat jiran-jiran agar tidak mengganggu masa santai mereka yang boleh menyebabkan perasaan kurang senang. Sekurang-kurangnya amalan melawat rumah jiran boleh dilakukan pada hujung minggu atau semasa hari perayaan tertentu. Menghulurkan Bantuan Antara semangat kejiranan yang baik adalah apabila terdapat jiran yang bersedia untuk mengetepikan kepentingan diri mereka hanya untuk membantu jiran-jiran lain pada masa yang diperlukan. Mereka membantu dan berkorban, maka amalan tersebut selalu diingati terutama jiran terdekat mereka. Hal yang demikian dinyatakan oleh Allah SWT dalam frimanNya Dan orang-orang Ansar yang mendiami negeri Madinah serta beriman sebelum mereka, mengasihi orang-orang yang berhijrah ke negeri mereka, dan tidak ada pula dalam hati mereka perasaan berhajatkan apa yang telah diberi kepada orang-orang yang berhijrah itu; dan mereka juga mengutamakan orang-orang yang berhijrah itu lebih daripada diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam keadaan kekurangan dan amat berhajat. Dan ingatlah, sesiapa yang menjaga serta memelihara dirinya daripada dipengaruhi oleh tabiat bakhilnya, maka merekalah orang-orang yang berjaya» [Al-Hashr 9] Apabila semangat kejiran semakin kuat dan bantu-membantu menjadi kebiasaan, hal tersebut akan menguatkan lagi hubungan antara sesama jiran. Atas sebab-sebab ini, amalan membantu jiran adalah amalan yang paling berkesan dalam mengekalkan semangat kejiranan yang baik walaupun antara jiran lama dan jiran baru. Amalan seperti ini harus dilakukan oleh semua orang di kawasan kejiranan komuniti. Mohd Razali 1992 menegaskan bahawa terdapat tiga bentuk bantuan yang boleh dikenalpasti di kalangan penduduk di kawasan kejiranan. Kategori pertama yang mempunyai frekuensi tinggi direkodkan adalah daripada sudut membantu untuk memerhatikan rumah apabila jirannya berada jauh dari rumah dengan kadar 75 peratus. Kategori kedua adalah berkongsi Tinta Artikulasi Membina Ummah 61, 2020 99-111, e-ISSN 2289-960Xperkara baik dengan jiran dengan kadar 41 peratus, sementara kategori ketiga adalah membantu jiran menjaga anak-anak mereka untuk tempoh sementara dengan kadar 47 peratus. Ringkasnya, kerjasama antara jiran daripada sudut menyediakan keselamatan di rumah akan meningkatkan hubungan baik dalam persekitaran komuniti. Menurut Ibrahim 1995, semangat kerjasama dan membantu sesama jiran terjadi di kalangan penduduk rumah teres dan pangsapuri. Kebanyakan penduduk bersedia membantu jiran semasa majlis keraian dan mereka sentiasa bersedia apabila dijemput untuk membantu. Ini bermakna, bantuan akan diberikan selepas jiran meminta bantuan secara terbuka dan hal ini dilihat akan berlaku apabila mereka dipelawa untuk membantu, jika tidak dipelawa, mungkin mereka tidak datang membantu secara sukarela. Mengenali jiran Kajian yang dijalankan oleh Ibrahim 1995 mendapati bahawa 78 peratus responden mengetahui isi rumah jiran mereka. Bagi responden yang tinggal di rumah berkembar, beliau mendapati hanya 48 peratus responden yang mengetahui isi rumah jirannya. Walau bagaimanapun, bagi responden di rumah teres dan kawasan pangsapuri, beliau mendapati responden mengetahui semua isi rumah jiran masing-masing dan peratusannya mencapai 88 peratus dan 98 peratus. Islam menganjurkan agar kita saling mengenali antara satu sama lain lebih-lebih lagi jiran tetangga yang berada berhampiran dengan kita sebagimana firman Allah SWT Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan dan beramah mesra antara satu dengan yang lain. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwanya di antara kamu, bukan yang lebih keturunan atau bangsanya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam PengetahuanNya akan keadaan dan amalan kamu» [Al-Hujurat 13] Mengenali jiran adalah titik permulaan dalam mewujudkan hubungan yang rapat dan mesra. Di kawasan kejiranan, semua orang perlu membiasakan diri dengan menyapa orang lain dan bertanya tentang kesihatan jiran. Selain itu, dengan cara bertukar-tukar pandangan dan berkongsi pengalaman dalam kejiranan terutama apabila kita mengetahui jiran-jiran yang mengalami masalah atau kesulitan. Justeru cara ini akhirnya akan memberikan penyelesaian kepada komuniti dari segi kesejahteraan dan kehidupan yang bahagia. Oleh itu, amalan berbaik dengan jiran hendaklah dilakukan oleh semua orang di kawasan kejiranan yang menjadi syarat utama dalam membangun hubungan erat di kalangan anggota masyarakat yang hidup berjiran. Walau bagaimanapun, dalam kehidupan seharian, amalan berkomunikasi dan menyapa orang lain sangat rendah di kawasan komuniti kejiranan. Menurut Ibrahim 1995, kajiannya mendapati purata hanya 21 peratus responden berkomunikasi dan mengetahui apa yang berlaku kepada jiran mereka. Perbandingan antara responden dalam tiga jenis rumah iaitu rumah teres, pangsapuri dan rumah berkembar mendapati bahawa kadar komunikasi dan pengetahuan mengenai perkara yang berlaku pada jiran tertinggi adalah antara responden di rumah teres sekitar 35 peratus, diikuti oleh responden apartmen iaitu 20 peratus manakala hanya 8 peratus daripada jenis rumah berkembar. Wan Zumaiza et al. 2016 berpendapat, aktiviti RT adalah sesuai untuk dijadikan medium perkenalan antara sesama jiran. Dalam kajian beliau, hal tersebut perlulah dimulakan dengan Penubuhan Rukun Tetangga RT di Malaysia daripada Perspektif Islam mendekati golongan muda, atau istilah lainnya jiran muda melalui aktiviti kemasyarakatan. Melalui aktiviti kemasyarakatan yang diketengahkan untuk jiran muda, mereka akan memperoleh faedah yang positif dalam mengikuti aktiviti kemasyarakatan yang terdapat melalui RT. Faedah positif yang diperolehi oleh jiran muda termasuklah mengambil bahagian dalam perlaksanaan aktiviti, memberi cadangan untuk memilih aktiviti yang sesuai dengan golongan muda dan melontarkan idea di peringkat awal perencanaan aktiviti yang bakal dijalankan. Dalam hal berkaitan jiran muda ini, kajian Zaizul et al. 2018 mendapati semangat perpaduan dalam kalangan jiran muda, terutama yang tinggal di kawasan perumahan rakyat berada di tahap sederhana. Kajian tersebut juga memberi beberapa cadangan dalam usaha untuk mengukuhkan lagi perpaduan dalam kalangan jiran muda. Cadangan yang dihujahkan dalam kajian tersebut adalah agar pihak berkepentingan dapat merangka program yang dapat memberi manfaat untuk jiran muda. Terdapat beberapa faktor yang boleh menjadi sebab penduduk di kawasan kejiranan tidak mengenali antara satu sama lain. Kajian yang dilakukan di kawasan kejiranan di Guangzhou, China mendapati bahawa pembangunan di kawasan kejiranan telah menjadi sebab hubungan antara jiran menjadi semakin longgar. Hal tersebut berlaku kerana proses pembangunan yang berlaku di kawasan kejiranan mereka telah membentuk sebuah demografi baru dalam kalangan penduduk di kawasan kejiranan Yuqi Liu et al. 2016. Bagi kajian Mohd Yusof 2011 pula, hubungan kekeluargaan sahaja masih belum cukup untuk menjamin kesejahteraan hidup di mana hubungan kejiranan yang baik telah dianggap sebagai penentu kesejahteraan hidup penduduk pada masa kini. Justeru, gabungan kedua-dua hubungan ini lebih memberi jaminan kesejahteraan hidup masyarakat urban village’ pada masa kini. Aktiviti Bersama Aktiviti bersama merupakan salah satu komponen dalam memupuk kesepaduan sosial dalam masyarakat. Antara contoh aktiviti bersama adalah seperti gotong royong, kenduri kendara dan aktiviti bersukan. Gotong-royong adalah amalan yang baik dalam memupuk kesepaduan sosial di kalangan penduduk di komuniti kejiranan. Aktiviti gotong-royong yang boleh dianjurkan terutamanya ialah menjaga kebersihan awam seperti masjid, pusat komuniti, longkang, pembaikan rumah atau jambatan akibat bencana alam seperti banjir, ribut dan kebakaran. Melalui aktiviti dapat menyatukan penduduk setempat dengan tujuan baik seperti menjaga kebersihan, melindungi alam sekitar, membantu jiran-jiran dan lain-lain. Semua amalan tersebut dapat memelihara masyarakat yang bersatu yang hidup dalam harmoni. Firman Allah SWT Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah ugama Islam, dan janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu ketika kamu bermusuh-musuhan semasa jahiliyah dahulu, lalu Allah menyatukan di antara hati kamu sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat Islam, maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam yang bersaudara. Dan kamu dahulu telah berada di tepi jurang neraka disebabkan kekufuran kamu semasa jahiliyah, lalu Allah selamatkan kamu dari neraka itu disebabkan nikmat Islam juga. Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat petunjuk hidayahNya” [Al-i'Imran 103] Bagi Ahmad Zaharuddin et al. 2016, aktiviti yang dilakukan bersama seperti yang terdapat dalam RT boleh dijadikan sebagai indikator kepada tahap kesejahteraan penduduk di kawasan tersebut. Dalam hal ini, kerjasama yang wujud antara penduduk ketika melakukan aktiviti seperti rondaan dan gotong-royong telah memperlihatkan bagaimana hubungan kekeluargaan dan kejiranan wujud begitu rapat dengan kehidupan bermasyarakat sesama penduduk. Dalam usaha untuk Tinta Artikulasi Membina Ummah 61, 2020 99-111, e-ISSN 2289-960Xmenjayakan aktiviti RT secara bersama, kesanggupan penduduk berkorban masa merupakan bukti bahawa perpaduan memang wujud di kawasan mereka. Ini menunjukkan, masyarakat di zaman moden masih lagi berusaha mengekalkan budaya tradisional masyarakat Melayu melalui semangat kerjasama yang ditunjukkan. Justeru, aktiviti seperti RT ini boleh menjadi medium untuk menyampaikan mesej positif dalam usaha mewujudkan hubungan yang lebih harmoni di peringkat kawasan setempat. Selain itu, aktiviti RT juga adalah usaha di peringkat akar umbi dalam usaha mencegah daripada berlakunya kejadian jenayah di kawasan kejiranan. Aktiviti bersama dalam kalangan ahli komuniti RT selain merapatkan lagi hubungan antara jiran ia juga dapat mengurangkan kadar jenayah di kawasan kejiranan. Kajian Norwahida et al. 2016 mendapati bahawa kadar jenayah telah berjaya dikurangkan dengan mewujudkan projek inovasi pencegahan jenayah oleh komuniti RT. Kajian tersebut dijalankan di Taman Seri Impian, Bukit Mertajam, Pulau Pinang. Kajian tersebut mendapati bahawa projek inovasi yang diwujudkan telah berjaya mengurangkan kadar jenayah di kawasan kajian tersebut melalui penggunaan unity alarm sebagai salah satu kaedah pencegahan jenayah. Daripada sudut yang lain, aktiviti bersama yang dibentuk antara ahli komuniti RT secara tidak langsung berupaya membantu pihak berkuasa dalam usaha mnengurangkan jenayah dalam kawasan kejiranan mereka. KESIMPULAN Malaysia adalah sebuah negara yang terdiri daripada pelbagai lapisan etnik di mana orang Melayu, Cina dan India adalah kumpulan etnik utama selain kumpulan etnik lain seperti Orang Asli dan juga masyarakat pribumi di Sabah dan Sarawak. Impak urbanisasi di Malaysia telah menyebabkan proses migrasi yang tinggi dari kawasan luar bandar ke bandar kerana keperluan pembangunan kerjaya, pendidikan yang lebih baik, desakan hidup dan sebagainya. Senario ini telah mewujudkan perubahan masyarakat dan pembangunan komuniti di kawasan bandar. Oleh itu, masyarakat Malaysia bukan sahaja berbeza dari segi perbezaan etnik, malah lebih jelas dalam aspek latar belakang budaya dan agama. Kewujudan pelbagai komuniti di kawasan kejiranan memerlukan mekanisme yang baik untuk menyatukan mereka. RT merupakan mekanisme penting untuk menyatukan pelbagai etnik yang berbeza. Di samping itu, peranan RT amat penting dalam membangunkan masyarakat. Peranan ini dapat dilihat dalam komuniti dan kawasan kejiranan yang mana aktiviti-aktiviti yang dijalankan untuk memupuk sifat-sifat saling membantu. Hal ini dapat dilihat jika ada jiran yang dalam kesusahan, atau jiran yang ingin menunaikan haji dan umrah mereka akan sama-sama membantu, kenduri kendara dan sebagainya. Selain itu, amalan seperti menawarkan untuk membantu antara satu sama lain juga menjadi jalan untuk mengenali jiran-jiran, bekerja bersama dan sebagainya. Hal ini dilihat mudah, tetapi hakikatnya ia adalah unsur penting untuk memupuk kesepaduan sosial dalam masyarakat. Kesepaduan masyarakat melalui RT ini amat selari dengan perspektif agama Islam. RUJUKAN Ahmad Zaharuddin Sani Ahmad Sabri dan Nur Syafiqah Huda Mohd Rashidi. 2016. Penerimaan masyarakat terhadap aktiviti Rukun Tetangga mengikut jantina. Al-Hikmah. 8 2 110-127. Al-Ghazali. 2009. Ihya Ulumuddin terjemahan. Shah Alam Penerbit Illusion Network Sdn. Bhd. Alauddin Sidal dan Ooi Seong Kang. 2016. Kesejahteraan sosial dalam kehidupan bandar Perspektif penghuni kejiranan berpengawal. Sarjana. 31 1 55-69. Penubuhan Rukun Tetangga RT di Malaysia daripada Perspektif Islam Alias Mohamad. 2005. Menguruskan Rukun Tetangga dalam masyarakat berbilang kaum. In. Muhammad Kamarul Kabilan & Zaharah Hassan edt.. Bacaan mengenai Hubungan Etnik dalam Masyarakat Multikultural Mempromosikan Perpaduan Negara dan Pengamalan Nilai Nobel. Serdang Fakulti Pendidikan, Universiti Putra Malaysia. Azahan Awang, Abdul Hadi Arman Shah dan Kadaruddin Ayub. 2008. Kualiti penilaian makna hidup dan penerapannya dalam pengurusan alam sekitar di Malaysia. Akademika 72 Januari 2008 45 – 68. Beauvais, C. dan Jenson, J. 2002. Social Cohesion Updating the State of the Research. Canadian Research Policy Networks, Ottawa. Berger, P. 1998. The limits of Social Cohesion Conflict and Mediation in Pluralist Societies. New York Rutledge. Bollen, K. dan Hoyle, R. 2001. PercievedCohesion A Conceptual and Empirical examination. Social Forces. 69-2 479-504. Durkheim, E. 2014. The division of labor in society. New York Free Press. Eric Hobsbawm dan Terence Ranger edt.. 1983. Penciptaan Tradisi. United Kingdom University of Cambridge. Gandesan a/l Letchumanan. 2013. Buku Pengurusan Kejiranan. Kuala Lumpur Bahagian Pembangunan Masyarakat, JPNIN. Gough, I dan Olofsson, G. 1999. Capitalism and Social Cohesion Essays on Exclusion and Integration. London Macmillan Press Ltd. Hanako Masutani dan Randy Enomoto. Roh Issei Kisah Tonari-Gumi. Victoria, Kanada Ti-Jean Press. Harian Metro. 19 Januari 2017. WhatsApp group’ bantu bantera jenayah. Ibnu Hajar Al-Asqalani. 2010. Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari terjemahan Abu Ihsan Al-Atsari. Yogyakarta Pustaka Imam Asy-Syafii. Jenson, J. 1998. Mapping social cohesion the state of Canadian research. Family Network, CPRN109-28. Kazuo Kobayashi. 2007. "Penciptaan Tradisi" di Jawa Di bawah Pendudukan Jepun Sistem Tonarigumi dan Gotong Royong, Siri Kerja Kertas No. 31, Universiti Ryukoku Pusat Kajian Keamanan dan Pembangunan Afrasia. Lockwood, D. 1999. Civic Integration and Social Cohesion. Dlm. Gough dan Olofsson pnyt.. Capitalism and Social Cohesion Essays on Exclusion and Integration, hlm. 63-84. London Macmillan Press Ltd. Mahani Abu Bakar. 2008. Spirit of Neighborhoods. Kuala Lumpur Pustaka Buana. Marzudi Md Yunus, Zamree Abu Hassan dan Mohammad Nazzri Ahmad. 2019. Tahap kepercayaan etnik Melayu terhadap etnik lain dan pengaruhnya kepada interaksi sosial penghuni rumah jenis pangsapuri. Jurnal Melayu. 18 2 302-314. Maxwell, J. 1996. Social Dimension of Economic Growth. documents/ [13 April 2013]. Mohd. Taib Dora. 2009. Keberkesanan Program Pengawasan Kejiranan dalam Membina Perpaduan dan Integrasi Nasional. Jurnal Jabatan Perpaduan dan Integrasi Nasional JPNIN. Jilid 1 No. 1. pg. 33-48. Mohd Yusof Hussain, Mohamad Shaharudin Samsujian, Suraiya Ishak dan Abd. Hair Awang. 2011. Hubungan kejiranan dalam membentuk kesejahteraan hidup masyarakat kampung bandar’ Kes Kampung Berjaya dan Kampung Mempelam, Alor Setar, 7 3 36-44. Tinta Artikulasi Membina Ummah 61, 2020 99-111, e-ISSN 2289-960XNajib Tun Abdul Razak. 2016. Ucapan Perdana Menteri mengenai muafakat melalui semangat kejiranan. Nooriah Yusof. 2019. Faktor penyumbang kepada tekanan perumahan di kawasan perumahan kos rendah dan sederhana rendah di Pulau Pinang. Kemanusiaan. 26 1 143-171. Norwahida Zainal Abidin, Novel Lyndon dan Mohd Helmi Abdul Rahim. 2016. Impak projek inovasi pencegahan jenayah kawasan perumahan analisa daripada pandangan komuniti local. e-Bangi. 11 2 427-449. Parsons, T. 2007. American society a theory of the societal community. New York Paradigm Publishers. Ralph Braibanti. 1948. Persatuan Kejiranan di Jepun dan Potensi Demokrasi mereka. Persatuan Pengajian Asia, Vol. 7, No. 2 Feb. 1948, 136-164. Rashid Saad. 2004. Jiran Tetangga 21 sumbangan dalam perpaduan nasional dan pembangunan komuniti. In. Dani Salleh edt.. Pembangunan Masyarakat Dasar, Konsep, Strategi dan Isu di Malaysia, ms. 1-3 Sintok Penerbitan Universiti Utara Malaysia UUM. Ruslan Ngah. 2007. Demokrasi, Perdamaian & Harmoni. Selangor Syarikat Bekalan Air Selangor SYABAS. Schreurs, W., Franjkic, N., Kerstholt, J. H., Vries, P. W. D. & Giebels, E. 2020. Why do citizens become a member of an online neighbourhood watch? A case in the Netherlands. Police Practice & Research. Jan 1-15. Shamsul Amri Baharuddin pnyt.. 2008. Modul hubungan etnik. Shah Alam Penerbit Universiti Teknologi MARA. Shamsul Amri Baharuddin pnyt.. 2012. Modul hubungan etnik. Edisi ke-2. Bangi Institut Kajian Etnik UKM. Wan Zumaiza Wan Mustapha, Sarjit S. Gill dan Ismi Arif Ismail. 2016. Penglibatan jiran muda dalam aktiviti Rukun Tetangga di daerah Hulu Langat, Selangor. Institut Penyelidikan Pembangunan Belia Malaysia. 14 Jun 257-272. Yuqi, L., Fulong. W., Ye, W. & Zhigang, L. 2016. Changing neighbourhood cohesion under the impact of urban redevelopment A case study of Guangzhou, China. Urban Geography. 38 2 266-290. Zaizul Ab Rahman, Fauziah Ibrahim dan Nasrudin Subhi. 2018 Faktor keagamaan yang mempengaruhi semangat perpaduan dalam kalangan remaja yang tinggal di kawasan program perumahan rakyat PPR. Global Journal Al-Thaqafah. 8 1 107-114. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this by the growth of Internet and social media, citizens increasingly organize themselves to communally increase safety in their own neighbourhood. In this context, a prominent type of online self-organization includes online neighbourhood watches. In an exploratory case-study, 214 citizens of one neighbourhood in a medium-sized city in the Netherlands were asked in a door-to-door survey whether they currently were a member of an online neighbourhood watch. Subsequently, non-members were asked whether they would consider becoming a member. Departing from the Community Engagement Theory developed for the domain of physical safety, we examined to what extent both membership and membership orientation were influenced by psychological drivers on the individual, community and institutional level. Results showed that current membership was associated with drivers on the individual level lower risk perception and higher response efficacy and community level lower sense of community and more previous community participation, but not the institutional level trust in the police. Furthermore, the willingness to become a member was related to individual response efficacy only. These insights can be used by the police in their communication with citizens on online platforms, as well as when aiming to further stimulate these keagamaan dalam semangat perpaduan merupakan unsur penting untuk mengekalkan keharmonian dan kemakmuran dalam kalangan masyarakat pelbagai bangsa di Malaysia. Oleh itu artikel ini disediakan bertujuan untuk mengenalpasti pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi elemen keagamaan dalam semangat perpaduan dalam kalangan remaja yang tinggal di kawasan perumahan rakyat di Malaysia. Kajian dijalankan dengan menggunakan reka bentuk tinjauan keratanlintang secara kuantitatif. Seramai 244 orang remaja yang tinggal di tiga buah kawasan perumahan iaitu di perumahan Rakyat Desa Rejang, Pantai Ria dan Seri Pantai telah dipilih sebagai responden kajian. Data kajian telah dianalisis dengan menggunakan ujian deskriptif dan regresi pelbagai secara stepwise. Analisis deskriptif menunjukkan bahawa majoriti remaja yang tinggal di kawasan perumahan rakyat menunjukkan elemen keagamaan yang sederhana sahaja dan perlu dipertingkatkan. Analisis regrasi pelbagai pula mendapati bahawa faktor kesihatan diri β=.539, p<.05 adalah petunjuk utama yang mempengaruhi elemen keagamaan dalam semangat perpaduan dalam kalangan remaja. Manakala kombinasi kesihatan diri β=.405, p<.05 dan tingkah laku prososial β=.289, p<.05 menyumbang sebanyak perubahan tambahan terhadap semangat perpaduan. Faktor hubungan kejiranan dan semangat cintakan Malaysia pula menyumbang sebanyak dan varians terhadap semangat perpaduan dalam kalangan remaja. Kombinasi keempat-empat faktor peramal tersebut telah menyumbang sebanyak varians terhadap semangat perpaduan dalam kalangan remaja yang tinggal di kawasan perumahan rakyat. Hasil kajian memberi implikasi positif kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam usaha untuk menyediakan pelan strategik yang komprehensif dalam menambahbaik program-program yang boleh membina dan menyemarakkan semangat perpaduan dalam kalangan rakyat khasnya remaja yang tinggal di kawasan perumahan rakyat di L. BergerNormative conflicts center on fundamental disagreements over issues of public morality and the identity of a society. In thinking about normative conflicts on a global scale, two principal questions arise. First, are there common characteristics of such conflicts worldwide? Second, which institutions polarize such conflicts and which can serve to mediate them? This pathbreaking book, edited by renowned sociologist Peter Berger, examines both questions through findings gained from a study of normative conflicts in eleven societies located in different parts of the world and at different levels of economic both points, the findings have proved surprising. Although there are, of course, normative conflicts peculiar to individual societies, two features emerged as common to most of the societies examined one concerns disputes over the place of religion in the state and in public life; the other is a clash of values between a cultural elite and the broad masses of the population. Often the two features coincide. For instance, in many countries the elite is the least religious group within the population, and therefore, resentments against the elite are often mobilized under religious the institutional question, the study started out with a bias toward the institutions of so-called ?civil society??that is, the institutions that stand between the personal life of individuals and the vast mega-structures of a modern society. The finding is that the same institutions can either polarize or mediate normative conflicts. The conclusion suggests one must ask not just what sort of institutions one looks to for social cohesion, but what ideas and values inspire these reports from some of the leading scholars dealing with normative conflict, this book is an important contribution to understanding the cultural fault lines that threaten social cohesion. © 1998 by Bertelsmann Foundation Publishers. All rights urban redevelopment has caused the breakdown of traditional social bonds in Chinese cities. To date, very few studies have attempted to delve into the impact of this urban redevelopment on neighbourhood cohesion. Using data collected from questionnaires conducted in 20 urban villages and 1 urban village redevelopment neighbourhood in Guangzhou, this paper examines the impact of urban village redevelopment on the restructuring of neighbourhood attachment, neighbourly interaction, and community participation—three dimensions of neighbourhood cohesion. Results of a path analysis show that, overall, neighbourhood cohesion declines after redevelopment occurs, and that the sources of neighbourhood cohesion differ between urban villages and the redevelopment neighbourhood. Our findings show that after redevelopment, neighbourhood attachment becomes more influenced by residential satisfaction but less by neighbourly contacts, and community participation becomes less subject to neighbourly interaction and neighbourhood attachment. Such changes occur as a result of the differentiation between social groups and the concurrence of environmental restructuring and demographic reconstruction during the process of urban village GoughThis book brings together essays on modernity, social integration, social differentiation, and social exclusion by Lockwood, Mouzelis, and other eminent social theorists. At the same time it addresses critical issues facing Western democracies, such as social exclusion, the underclass, unemployment, new inequalities, globalization, and the new competitive environment. Its novelty lies in the imaginative way it uses social theory to critique old and suggest new policies and political existing measures of cohesion attempt to objectively measure cohesion while neglecting individual group members' perceptions of their cohesion to a particular group. We propose that group members' perceptions of cohesion are important for the behavior of the individual as well as the group as a whole. We offer a theoretical definition of perceived cohesion which says individuals' perceptions of their own cohesion to a group has two dimensions sense of belonging and feelings of morale. We test this conceptualization and the adequacy of our Perceived Cohesion Scale in two random samples students at a small college noted for its strong "school spirit" and residents of a midsized city. Our confirmatory factor analyses indicate a two-factor model, with a high degree of invariance across the two samples, and with the two dimensions correlated over .90 in both. However, as anticipated, perceived cohesion is significantly higher in the college than the city DurkheimPreface to this edition, by Steven Lukes Introduction to the 1984 edition, by Lewis Coser Introduction to this edition, by Steven Lukes Durkheim's Life and Work Timeline 1858-1917 Suggestions for Further Reading Original Translator's Note The Division of Labour in Society by Emile Durkheim Preface to the First Edition 1893 Preface to the Second Edition 1902 Introduction PART I THE FUNCTION OF THE DIVISION OF LABOUR 1. The Method of Determining This Function 2. Mechanical Solidarity, or Solidarity by Similarities 3. Solidarity Arising from the Division of Labour, or Organic Solidarity 4. Another Proof of the Preceding Theory 5. The Increasing Preponderance of Organic Solidarity and its Consequences 6. The Increasing Preponderance of Organic Solidarity and its Consequences cont. 7. Organic Solidarity and Contractual Solidarity PART II THE CAUSES AND CONDITIONS 8. The Progress of the Division of Labour and of Happiness 9. The Causes 10. Secondary Factors 11. Secondary Factors cont. 12. Consequences of the Foregoing PART III THE ABNORMAL FORMS 13. The Anomic Division of Labour 14. The Forced Division of Labour 15. Another Abnormal Form Conclusion Original Annotated Table of Contents
- Sebagai makhluk sosial, manusia punya kecenderungan hidup berkelompok dan saling bergantung satu sama lain. Kecenderungan itu mendorong manusia membentuk beragam jenis persekutuan dalam masyarakat, yang di kajian sosiologi disebut dengan istilah kelompok umum, sesaui penjelasan Esti Ismawati dalam Ilmu Sosial Budaya Dasar 201238, pengertian kelompok sosial adalah himpunan manusia yang hidup bersama, memiliki hubungan timbal balik yang saling memengaruhi, serta punya kesadaran untuk saling menolong dan membutuhkan satu sama lain. Adapun menurut John J. Macionis dalam karyanya, Sociology 2007166, kelompok sosial dapat diartikan sebagai gabungan 2 orang atau lebih yang saling berinteraksi dan mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari suatu grup dalam kaca mata sosiologi, kumpulan 2 orang atau lebih bisa disebut kelompok sosial apabila mereka saling berinteraksi secara teratur dan berbagi identitas yang sama. Contoh kelompok sosial dalam kehidupan sehari-hari mudah ditemui karena ia bisa berupa keluarga, lingkaran pertemanan, sejumlah siswa dalam kelas pelajaran yang sama, sekelompok pegawai di satu kantor, hingga organisasi masyarakat. Sebenarnya ketika lebih dari satu orang berkumpul maka terbentuklah suatu kelompok. Akan tetapi, tidak semua kumpulan orang layak disebut sebagai kelompok sosial dalam sudut pandang ilmu itu, penting untuk dipahami bahwa kelompok sosial berlainan makna dengan 2 konsep lain yang mirip, yakni kategori sosial dan agregat sosial. Kategorisasi sosial merujuk pada kumpulan individu yang memiliki setidaknya satu kesamaan atribut, seperti kaum perempuan, kaum difabel, serta umat beragama, etnis ataupun ras tertentu. Sementara itu, agregat sosial adalah kumpulan sejumlah orang di satu tempat dan waktu yang sama tetapi tidak melakukan interkasi secara intens, kecuali dengan cara-cara sederhana. Contohnya adalah kerumunan orang saat menonton pertandingan olah raga di sebuah stadion. Meski berkumpul bersama dan mungkin memiliki kesamaan tertentu, mereka tidak berinteraksi secara intens dan berbagi identitas serupa yang terkait sebuah kelompok. Kompleksitas studi kelompok sosial pun mendorong kemunculan banyak konsep terkait topik ini dirumuskan oleh sejumlah pakar sosiologi. Salah satunya berhubungan dengan kategorisasi kelompok sosial di masyarakat. Di antara ahli yang berusaha merumuskan kategorisasi kelompok sosial dalam masyarakat ialah sosiolog Jerman, Ferdinand Tonnies 1855-1936. Tonnies termasuk salah satu sosiolog berpengaruh di Eropa. Bersama sejumlah koleganya, seperti Georg Simmel, Werner Sombart, dan Max Weber, dia mendirikan Masyarakat Sosiologi Jerman German Sociological Society. Tonnies memimpin organisasi tersebut selama 1909-1933 hingga ia dicopot dari posisi itu oleh rezim Nazi. Tonnies membedakan kelompok sosial berdasar sifat ikatan anggotanya menjadi gemeinschaft paguyuban dan gesselchaft patembayan. Konsep tersebut ia rumuskan saat berusia 32 tahun melalui buku Community & Society Gemeinschaft und Gesellschaft yang terbit pertama kali pada tahun 1887. Ciri-ciri Kelompok Patembayan Gesselchaft dan Contohnya Kelompok patembayan disebut juga gesellschaft, istilah bahasa Jerman yang dirumuskan oleh Ferdinand Tonnies, dan merujuk pada makna asosiasi. Pengertian patembayan adalah kelompok sosial yang ikatan antaranggotanya tak terlalu kuat karena hubungan dan interaksi mereka terjalin dalam waktu singkat. Dalam patembayan, struktur kelompok bersifat mekanis dan berpengaruh dalam hal pikiran saja. Hal ini membuat hubungan antar-anggota kelompok patembayan cenderung bersifat formal dan lebih memperhitungkan nilai guna dari interaksi dan komunikasi yang terjadi. Mengutip pemaparan Nanang Martono dalam Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Poskolonial 2014, gesellschaft patembayan merupakan tipe kelompok sosial dengan ciri hubungan antar-anggota yang didasari oleh ikatan lemah, bahkan sering kali antar-individunya tidak saling mengenal, sehingga nilai, norma dan sikap tak berpengaruh besar dalam interaksi mereka. Karena itu, dalam kelompok patembayan, hubungan antar-anggota umumnya bersifat sementara. Menurut Soerjono Soekanto, melalui buku Sosiologi Suatu Pengantar 1994, dorongan yang membuat manusia bergabung dalam kelompok patembayan berupa kemauan yang disebut Tonnies sebagai kurwille. Makna kurwille adalah kemauan yang didorong oleh pikiran rasional dan terkait dengan tujuan-tujuan tertentu. Dengan demikian, orang bergabung dalam suatu kelompok patembayan karena memiliki kepentingan-kepentingan rasional, dan karena itu, tidak bersifat langgeng. Akibatnya, dalam kelompok patembayan, kepentingan individu lebih menonjol daripada kepentingan bersama. Patembayan juga diidentikkan dengan ikatan kelompok sosial di masyarakat diperinci, ciri-ciri kelompok patembayan gesellschaft adalah sebagai berikut Hubungan antar-anggota cenderung terkait pertukaran ekonomi Hubungan antar-anggota bersifat sementara dan tidak intim Hubungan antar-anggota bersifat formal Ikatan antar-anggota tidak bersifat pribadi Kelompok bisa melibatkan banyak orang secara umum Motivasi anggota bergabung didorong kepentingan rasional. Sementara itu, contoh kelompok patembayan adalah Asosiasi pengusaha Organisasi perusahaan Serikat pekerja Persekutuan dagang Organisasi sekolah Partai politik. Ciri-ciri Kelompok Paguyuban dan Contohnya Paguyuban disebut pula dengan gemeinschaft, istilah dalam konsepsi Ferdinand Tonnies yang merujuk ke makna komunitas. Menurut Tonnies, gemeinschaft merupakan kelompok sosial yang anggotanya mempunyai ikatan batin murni, alamiah, sangat kuat, dan bisa bertahan lama. Meski hubungan antaranggota paguyuban bersifat informal, mereka menjalani kehidupan bersama dengan intim, pribadi dan pandangan Tonnies, gemeinschaft berkaitan dengan wessenwille, yakni bentuk kehendak manusia yang bersifat kodrati dan timbul secara alamiah. Wessenwille berhubungan dengan perasaan dan pikiran manusia yang terbentuk oleh kesatuan hidup alamiah dan diambil kesimpulan bahwa kelompok paguyuban merupakan bentuk ikatan antar-individu yang didasari oleh ikatan batin bersifat murni dan alamiah, serta cenderung langgeng. Hubungan antar-anggota dalam kelompok paguyuban didasari oleh cinta dan perasaan batin yang telah dikodratkan. Mengutip uraian dalam buku Sosiologi Konsep dan Teori karya Dewi Wulansari 200962, sejumlah ciri kelompok paguyuban gemeinschaft yang utama menurut Tonnies adalah sebagai berikut Hubungan antar-anggota bersifat mesra dan intim Hubungan antar-anggota bersifat pribadi dan terbatas pada beberapa orang saja Hubungan antar-anggota bersifat eksklusif. Tonnies membagi kategori paguyuban menjadi 3 macam karena hubungan antaranggota dalam gemeinschaft bisa dilatari oleh ikatan darah, kesamaan pemikiran, serta kedekatan dijelaskan oleh Bagong Suyanto dan J. Dwi Narwoko dalam Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan 200434, penjelasan dan contoh untuk masing-masing jenis kelompok paguyuban itu adalah sebagai berikut1. Gemeinschaft by blood, paguyuban yang terbentuk berdasarkan ikatan kekerabatan, atau darah dan keturunan biologis. Contoh paguyuban berdasar ikatan darah adalah keluarga dan Gemeinschaft of place, paguyuban yang terbentuk karena kedekatan letak tempat tinggal serta lokasi bekerja. Faktor kedekatan geografis ini memungkinkan sejumlah orang memiliki ikatan erat, saling bekerja sama sekaligus tolong-menolong. Contoh paguyuban berdasar kedekatan tempat ialah Rukun Tetangga, Rukun Warga, Kelompok Tani Desa, dan lain Gemeinschaft of mind, paguyuban yang terbentuk karena kesamaan keahlian, pandangan dan pemikiran. Jenis ini bisa mengacu pada komunitas yang didasari kesamaan minat, hobi, hingga pemikiran, ideologi, dan keyakinan. Contoh paguyuban jenis ini Gemeinschaft of mind adalah komunitas sepeda onthel, komunitas pengajian agama, lingkaran pertemanan, dan lain sebagainya. - Pendidikan Penulis Addi M IdhomEditor Iswara N Raditya
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Rukun Tetangga RT adalah pembagian wilayah di Indonesia di bawah Rukun Warga. Rukun Tetangga bukanlah termasuk pembagian administrasi pemerintahan, dan pembentukannya adalah melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Desa atau Kelurahan. Rukun Tetangga dipimpin oleh Ketua RT yang dipilih oleh warganya. Sebuah RT terdiri atas sejumlah rumah atau KK kepala keluarga. Dalam sistem birokrasi di Indonesia, biasanya RT Rukun Tetangga berada di bawah RW Rukun Warga.Rukun tetangga merupakan organisasi masyarakat yang diakui dan dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran tugas pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di desa dan kelurahan. Setiap RT sebanyak-banyaknya terdiri dari 30 KK untuk desa dan sebanyak-banyaknya 50 KK untuk kelurahan yang Tetangga di Indonesia berawal dari sistem Tonarigumi yang secara harafiah berarti "kerukunan tetangga". Sistem ini diperkenalkan oleh Kekaisaran Jepang pada 1944 dan diterapkan di Indonesia oleh para tentara Jepang. Tonarigumi awalnya ditujukan untuk membentuk kelompok militer dan mobilisasi rakyat untuk perang. Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II dan Indonesia merdeka, Tonarigumi diubah namanya menjadi Rukun Tetangga serta statusnya diubah menjadi pembagian administratif terkecil di Indonesia. Saat ini teknologi semakin pesat dan canggih, ketua RT dan pengurus RT dapat menggunakan aplikasi bernama Ayowarga yang bisa didownload di playstore untuk dapat mendata warga, menagih iuran lingkungan demi kepentingan bersama dan aplikasi ini memiliki banyak manfaat lainnya. Lihat Pendidikan Selengkapnya
RLMahasiswa/Alumni Universitas Negeri Yogyakarta22 Januari 2022 0746Hallo Parto D. Kakak bantu jawab ya! Jawaban yang tepat adalah d. Paguyuban berdasarkan tempat. Berikut ini pembahasannya ya! Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama, yang anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal. Dasar hubungan Rukun Tetangga adalah kelompok sosial yang bersifat paguyuban berdasarkan tempat tinggal. Berdasarkan pembahasan tersebut, maka pilihan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan soal adalah d. Paguyuban berdasarkan tempat. Demikian Parto D. Semoga membantu ya! Yah, akses pembahasan gratismu habisDapatkan akses pembahasan sepuasnya tanpa batas dan bebas iklan!
rukun tetangga merupakan kelompok sosial yang bersifat